Bladsye

Translate

2013/03/14

Hubungan Islam & Negara/Politik di Indonesia Zaman Orde Baru


PEMBAHASAN

HUBUNGAN Islam dengan Negara pada awal pasca kemerdekaan bisa dikatakan kurang membaik, tapi pada waktu-waktu tertentu bisa dikatakan harmonis. Secara umum Islam dengan Negara, baik yang menyangkut peristiwa-peristiwa parlementer atau nonparlementer, kedua-duanya masih ada suasana penciptaan yang tidak harmonis.
Menurut Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, tentang kesenjangan antara keduanya ada dua alasan pokok yang cukup mendasar. Pertama, pada masa pasca Proklamasi sampai dengan berakhirnya kekuasaan Orde Lama, hubungan Islam dengan Negara terkesan tidak harmonis. Hal ini disebabkan terjadi karena Islam menghendaki agar Indonesia berdiri dan diatur berdasarkan rukun Islam, sedangkan Negara menghendaki agar Indonesia berdiri di atas landasan Pancasila yang merupakan ideologi bersama.
Kedua, menurut persepsi Negara, secara objektif, asyarakat Indonesia dilihat dari berbagai segi sifat plural, termasuk dibidang politik. Oleh karena itu, betapaun Islam merupakan mayoritas di Indonesia, namun tetap merupakan bagian dari pembentuk Negara Indonesia secara keseluruhan. Maka dari itu, sangat sedikit kemungkinan masyarakat Indonesia, terutama yang non-Islam, bersedia diatur berlandaskan Islam. Indikator konflik tersebut terjadi pada bidang kenegaraan dan kemasyarakatan.
Hubungan Islam dengan Negara keadaannya sangat larut marut, kenapa dikatakan demikian? Karena hubungan keduanya saling mencurigai. Pada saat-saat tertentu hubungan mereka bersifat konflik, tapi pada sisi lain hubungan mereka terlihat harmonis. Di satu sisi, Islam curiga karna Negara dinilai telah menghalangi kepentingan Islam dalam berpolitik. Di sisi lain, Negara juga mencurigai Islam. Hal ini dikarenakan cita-cita politik Islam adalah mendirikan Negara Islam di Indonesia sebagaimana yang telah diperjuangkan Masyumi pada sidang konstituante dalam menawarkan Islam sebagai dasar Negara Indonesia.
Setiap orang Islam yang taat menjalankan agamanya atau santri yang sadar akan tugas yang diembannya selama hidup didunia, maka bisa dipastikan menjadikan syariat atau ajaran Islam menjadi ajaran sumber utama dan satu-satunya kebenaran dan tata nilai dalam hidupnya, baik secara pribadi, keluarga, ataupun bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Dilandasi keyakinan bahwa tata nilai yang berasal dari sang pencipta pasti mutlak kebenarannya dan paling cocok untuk diikutinya, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan tatanan dan nilai-nilai yang leluhur dikalangan umat manusia. Dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara, maka perjuangan berupa menjadikan tata nilai keilahian ini menjadi hukum positif di semua rana kehidupan.

Pergantian kekuasaan di Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru, membawa implikasi yang cukup banyak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diantaranya adalah lenyapnya secara formal ideologi “kelas” komunis yang menjadi musuh utama masyarakat religius Indonesia, hilangnya kekuasaan Demokrasi Terpimpin yang otoriter, dan lahirnya ideologi pembangunan yang prakmatis dan kekuasaan nonsektarian.
Gerakan cultural
Ruang politik dan ruang publik yang dimonopoli  Orde Baru yang berujung dengan pemerosotan kekuatan politik Islam tidak serta merta terus menerus disikapi secara politik oleh kelompok Islam lainnya.
Ruang politik dan ruang publik yang menjauh dari political civility itu, oleh kelompok Islam yang bergerak di ranah kultural yang tidak mengglorifikasi kekuatan Islam pada kekuatan politik memanfaatkan ruang publik yang tersedia dengan melakukan sekularisasi politik  dengan slogan terkenalnya  ‘Islam ya, partai Islam no’, yang dimulai tahun 1970-an saat Parpol Islam mengalami demoralisasi politik.
Gerakan kultural  ini dipelopori antar lain Nurcholis Madjid, Dawam Rahardjo, Utomo Danandjaya, dan Ahmad Wahib menjauhkan diri dari politik, tetapi  melakukan dakwah sambil memperkuat sumber daya umat (pendidikan).
Gerakan kultural ini relatif bebas dari sensor kekuasaan. Seturut dengan itu  Orde Baru melakukan pembangunan pendidikan, terutama madrasah dan dibukanya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) serta perguruan tinggi sekuler lainnya semakin mempercepat berkembangnya  gerakan kultural Islam ini.
Bersamaan dengan meluasnya pendidikan jumlah kalangan Islam yang memasuki birokrasi makin hari makin membesar. Sementara itu di tingkat nasional partai penguasa Golkar yang  tadinya dikuasai bukan Muslim, setelah tahun 1983 kalangan Muslim dengan contoh par exellencenya Akbar Tanjung berhasil menembus kepengurusan Golkar.
Dalam lanskap politik yang lebih luas bergesernya aliansi politik di kalangan militer yang dipayungi para jenderal awal berdirinya Orde Baru makin hari makin melemah dan satu demi satu menghilang dari arena politik.
Sejalan dengan itu para petinggi militer yang memegang kekuasaan yang  notabene penerus  para pendahulunya itu membangun klik-klik politik militer semisal makin menguatnya posisi kelompok Benny Moerdani menyebabkan terdisrupsinya kekuasaan Soeharto.
Pergeseran aliansi politik inilah yang kemudian mendorong Soeharto mendekatkan diri pada kelompok Islam sambil mencitrakan dirinya sebagai Muslim taat guna menjustifikasi merapatnya penguasa Orde Baru ini dengan kelompok Islam.

Sementara itu gerakan kultural Islam yang disemai Nurcholis Madjid tidak saja berhasil mengislamkan birokrasi tetapi juga melahirkan kelas menengah Muslim yang sadar politik yang menuntut agar Islam diberi tempat dalam format kekuasaan. Rangkaian pergeseran politik ini diakomodir Orde Baru yang kemudian mendorong perubahan politik, yaitu mendekatnya relasi Islam dan negara (Orde Baru) yang sangat berbeda  dengan  masa sebelumnya. Sejak itu Islam memainkan peranan penting dalam kekuasaan Orde Baru, pasca kejatuhannya, dan sampai sekarang ini.



Perdamaian Dunia
Pada dasarnya, kebijakan Orde Baru dalam memegang kekuasaan atau mengelola negara berpegang pada prinsip nonsektarian (termasuk dalam agama), politik massa mengambang, dan keseragaman “ideologi” Pancasila bagi semua organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan. Seluruh kebijakan Orde Baru, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan ditujukan untuk semua, dalam artian tidak memihak kepada satu golongan saja, akan tapi menyeluruh.
Salah satu Kegagalan bangsa kita keluar dari krisis multidimensi, baik dari segi ekonomi, politik, budaya, dan semacamnya, hingga kini merupakan salah satu contoh dari prilaku pemerintah yang tidak mau belajar pada kesalahan masa lampau dan kesuksesan bangsa lain dalam mengatasi krisis yang melanda negaranya. Akibatnya, kebijakan yang dilakukannya untuk mengeluarkan bangsa ini dari krisis selalu menemui jalan buntu.
Untuk itu, sudah semestinya bagi kita sebagai bangsa yang masih tertatih-tatih keluar dari krisis ini dengan menjadikan pergantian tahun sebagai ajang refleksi dari ungkapan experience is the best teacher (Pengalaman merupakan guru yang paling baik). Tanpa adanya ajang refleksi diri dalam acara ini, perayaan pesta tahun baru merupakan ritual nihil yang harus ditanggalkan dalam kehidupan berbangsa kita.
Pada saat sekarang ini zaman akan semakin maju, tehnologi informasi semakin pesat, ilmuan semakin hari bertambah, diharapkan mampu menciptakan perdamaian di tingkat dunia, bukan menambah anarkhis, agresivitas di berbagai seluk beluk kehidupan Negara. Tapi bagaimana kita menciptakan Negara-Negara yang harmonis dan berpegang teguh pada kebijakan-kebijakan yang benar.
Salah satu upaya untuk menghindari berbagai tindakan diskriminatif dan anarkis perlu adanya pemakanaan yang legalistik terhdap visi dan misi dalam ketatanegaraan. Disampaing Negara mempunyai pemaknaan kontekstual, kenegaraan juga butuh penafsiran secara tekstual, agar pemahaman yang didapat tentang visi dan misi kenegaraan bisa tersalur secara universal.
Kekuasaan dibangun atas dasar keinginan rakyat untuk menjalin harmoni antar sesama, agar masyarakat dunia mampu menghenyakkan napas yang lega. Secara umum tidak tetekan oleh adanya kebijakan-kebijakan yang nihil dan kesulitan-kesulitan yang bersangkut paut dengan Negara sebagai akibat dari buruknya kinerja negara-negara adi kuasa yang telah mengeksploitasi.
Oleh karena itu, pada permulaan tahun 2008 ini, kita pelajari semua kegagalan, kegalakan di tahun-tahun sebelumnya, penyebab-penyebab kebijakan yang tidak absolut yang kemudian menjadikan tahun-tahun yang akan datang, dunia yang kita pijak lebih harmonis dan aman.
Bumi tercinta ini adalah tanggung jawab kita bersama, setiap manusia seharusnya menciptan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman tanpa ada pertentangan antara Islam dan Negara yang hanya menjadi tontonan Negara lain. Kita tidak perlu membuat perlengkapan persenjataan, bom, nuklir dan semacamnya yang hanya akan menghanguskan bumi kita tercinta, Negara tidak dicita-citakan untuk menghancurkan orang lain, tetapi hanya sebatas capaian-capaian untuk menciptakan Negara yang harmunis.
Memasuki tahun baru 2008 banyak hal yang mesti diperjuangkan dan diperbaiki oleh bangsa demi terbagunnya sebuah negara yang harmunis dan memiliki eksistensi yang utuh. Eksistensialisme menjadi hal terpenting dalam suatu Negara. Karena pada dasarnya Negara adalah kesatuan dari berbagai elemen.










BAB III
KESIMPULAN
Pada saat sekarang ini zaman akan semakin maju, tehnologi informasi semakin pesat, ilmuan semakin hari bertambah, diharapkan mampu menciptakan perdamaian di tingkat dunia, bukan menambah anarkhis, agresivitas di berbagai seluk beluk kehidupan Negara. Tapi bagaimana kita menciptakan Negara-Negara yang harmonis dan berpegang teguh pada kebijakan-kebijakan yang benar.
Salah satu upaya untuk menghindari berbagai tindakan diskriminatif dan anarkis perlu adanya pemakanaan yang legalistik terhdap visi dan misi dalam ketatanegaraan. Disampaing Negara mempunyai pemaknaan kontekstual, kenegaraan juga butuh penafsiran secara tekstual, agar pemahaman yang didapat tentang visi dan misi kenegaraan bisa tersalur secara universal.
Kekuasaan dibangun atas dasar keinginan rakyat untuk menjalin harmoni antar sesama, agar masyarakat dunia mampu menghenyakkan napas yang lega. Secara umum tidak tetekan oleh adanya kebijakan-kebijakan yang nihil dan kesulitan-kesulitan yang bersangkut paut dengan Negara sebagai akibat dari buruknya kinerja negara-negara adi kuasa yang telah mengeksploitasi.
Oleh karena itu, pada permulaan tahun 2008 ini, kita pelajari semua kegagalan, kegalakan di tahun-tahun sebelumnya, penyebab-penyebab kebijakan yang tidak absolut yang kemudian menjadikan tahun-tahun yang akan datang, dunia yang kita pijak lebih harmonis dan aman.
Bumi tercinta ini adalah tanggung jawab kita bersama, setiap manusia seharusnya menciptan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman tanpa ada pertentangan antara Islam dan Negara yang hanya menjadi tontonan Negara lain. Kita tidak perlu membuat perlengkapan persenjataan, bom, nuklir dan semacamnya yang hanya akan menghanguskan bumi kita tercinta, Negara tidak dicita-citakan untuk menghancurkan orang lain, tetapi hanya sebatas capaian-capaian untuk menciptakan Negara yang harmunis.

DAFTAR PUSTAKA
TIM PENYUSUN MKD IAIN SUNAN AMPEL . Civic Education. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011.
TIM PENYUSUN MKD IAIN SUNAN AMPEL . Pancasila. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011.
www.google.com







Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking