BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Menurut
Manna Khalil Al-Qaththan, Al-Qur’an secara etimologis berasal dari kata “qara’a,
yaqra-u, qira-atan, atau qur-anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan
menghimpun (adh-dhommu) huruf serta kata-kata dari suatu bagian ke bagian lain
secara teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua
kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.[1]
B.
Sejarah turunnya Al-Qur’an
Hari
pertama turunnya al-Qur’an ini menurut Ishaq al Thabary dan Al Qasthalany
terjadi pada tanggal 17 sesuai dengan bunyi Q.S al-anfal 41:
“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada
apa yang kami turunkan kepada hamba kami ( Muhammad ) di hari furqan, di hari
bertemunya dua pasukan….”
Yang
dimaksud bertemunya dua pasukan adalah pertempuran antara kaum muslimin dan
kaum musyrikin di Badar pada tahun 11H. Perang ini terjadi pada hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun 11H.
Sedangkan
masa terakhir turunnya al-Qur’an menurut al Thabari adalah 9 Dzulhijjah tahun
10H (maret H) ketika nabi melaksanakan Haji Wada’. Pada wukuf di Arafah
turunlah ayat: “Pada hari ini telah Ku
sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku dan
telah kuridlai islam itu jadi agama bagimu…”(Q.S Al-Maidah: 3)
Dengan
demikian periode turunnya al-Qur’an ketika nabi masih berada di Mekkah adalah
tanggal 17 Ramadhan 41 tahun setelah lahirnya nabi sampai dengan awal Rabi’ul
Awal 54 tahun setelah kelahiran nabi yang berkisar antara 12 tahun 5 bulan dan
14 hari.
Ketika
Nabi berada di Madinah maka periode masa turunnya al-Qur’an dapat disebutkan:
1.
Dengan
berpedoman kepada pendapat bahwa ayat terakhir turun pada saat Haji Wada’. Maka
masa turunnya al-Qur’an dari awal bulan Rabi’ul Awal 54 tahun dari kelahiran
Nabi sampai sengan tanggal 9 Dzulhijjah 63 tahun setelah kelahiran Nabi atau
10H. Masa ini sekitar 9 tahun 9 bulan dan 9 hari. Dengan demikian maka masa
turunnya al-Qur’an periode Mekkah dan Madinah adalah 12 tahun 5 bulan dan 14
hari + 9 tahun 9 bulan dan 9 hari = 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.
2.
Apabila
perhitungan turunnya al-Qur’an didasarkan pada pendapat yang lain, maka masa
turunnya al-Qur’an di Madinah selama 9 tahun 11 bulan dan 19 hari. Sehingga
masa turunnya al-Qur’an keseluruhannya 12 tahun 5 bulan dan 2 hari.[2]
C.
Peranan Al-Qur’an dalam membangun
peradaban
Setiap
tahun ummat Islam di seluruh dunia baik di perkotaan maupun di pedesaan pada
bulan Ramadhan melaksanakan peringatan Nuzulul Quran, memperingati atas turunya
Al-Quran yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan (bulan Pebruari 601 M) tiga belas
tahun sebelum tarich hijriyah dimulai. Hal ini dimaksudkan adalah untuk
mendekatkan ummat islam terhadap sumber ajaran pokoknya yaitu Al-Quran.
Al-Quran
adalah merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril dan merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala
dari sisi Allah SWT bagi yang membacanya, terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6666
ayat, 77.439 kata, 323.015 huruf, adalah merupakan petunjuk pertama dan utama
bagi ummat Islam dalam hidup dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Quran yang artinya : Demikianalah Al-Quran yang tidak ada
keraguan padanya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S.
Al-Baqarah : 2).
Al-Quran
diturunkasn pertama kali pada bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar yaitu
malam kemuliaan. Dan malam kemuliaan itulah sebenarnya yang kita peringati saat
ini dimana nilainya lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan yang
melebihi dari umur kebiasaan seorang anak manusia.
Pada
malam Lailatul Qadar inilah Al-Quran pertama kali turun sekaligus sebagai
pelantikan Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul. Ayat yang pertama kali
turun tersebut adalah Surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5 yaitu : Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq : 1-5).
Ayat
pertama ini mengandung perintah membaca untuk mencerdaskan diri dengan membaca.
Membaca dengan mata, membaca dengan pikiran, membaca dengan hati. Perintah
untuk mencerdaskan diri melalui iman, ilmu dan amal, harus dimulai dengan
membaca. Membaca haruslah menjadi budaya bagi umat Islam, sebab perintah
pertama yang dititahkan Allah swt kepada Muhammad saw adalah perintah membaca,
baik membaca yang tersurat maupun yang tersirat. Baik membaca Kalam Allah (Ayat
Qauliyah), maupun membaca alam sekitar (Ayat Qauniyah)
Iqra
(Bacalah) ! Tetapi apa yang harus dibaca ? Ma Aqraa ? Tanya Nabi dalam suatu
riwayat, Setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh
Malaikat Jibril. Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar
beliau dan ummatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbika,
dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Suatu
hal yang sangat menarik adalah di dalam ayat ini kata-kata Iqra atau perintah
membaca terdapat pengulangan. Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa
kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali dengan mengulang-ulang bacaan atau
membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi
juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan Bismi rabbika (demi
karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang
dibaca adalah itu-itu juga.
Mengulang-ulang
membaca Al-Quran akan menambah wawasan baru, mensucikan jiwa, menerangkan
bathin dan bahkan menambah pemahaman baru sekalipun yang dibaca adalah itu-itu
juga, membaca alam raya secara berulang-ulang akan mambuka tabir rahasia alam
semesta, menambah perkembangan ilmu pengetahuan dan bahkan menambah
kesejahteraan ummat manusia.
Al-Quran
yang dibaca oleh Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya pada masanya dan
Al-Quran yang dibaca oleh ummat Islam sesudahnya dan bahkan sampai dengan saat
sekarang ini adalah Al-Quran yang itu-itu juga yang tidak mengalami perubahan
walau satu huruf sekalipun, tetapi pemahaman dan penafsiran orang terhadap
Al-Quran itu mengalami perkembangan yang luar biasa dari zaman Rasulullah SAW
sampai dengan saat ini. Hal ini sama dengan membaca alam raya yang dilakukan
oleh orang-orang zaman dahulu kala dengan yang dilakukan oleh orang-orang zaman
modern, yang dibaca tetaplah alam raya yang itu-itu juga, tetapi hasil dari
pembacaan itu mengalami perkembangan yang sangat luar biasa sebagaimana yang
kita saksikan pada zaman modern saat ini.
D.
Bacaan lahirkan peradaban
Sungguh
perintah membaca adalah merupakan suatu warisan yang paling berharga yang
pernah dan dapat diberikan kepada ummat manusia, sebab perintah membaca dengan
segala aneka ragamnya akan melahirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta peradaban suatu bangsa. Kita dapat mencatat bahwa suatu
peradabaan yang pernah lahir dan bertahan lama di dunia ini adalah bersumber dari
sebuah kitab (bacaan) yang dibaca oleh ummat manusia. Sebagai contoh adalah
peradaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Hemer pada abad ke 9 Sebelum Masehi
dan berakhir dengan hadirnya kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropah dimulai
dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831).
Peradaban Islam yang pernah berjaya di dunia selama 800 tahun di saat peradaban
Barat sedang tidur nyenyak dengan apa yang disebut abad pertengahan atau abad
kegelapan, dibangun dengan sebuah bacaan yaitu Al-Quran. Kita semua yakin dan
percaya bahwa Al-Quran tidak akan berakhir atau hilang di dunia sebab Al-Quran
adalah merupakan kitab suci yang dipelihara oleh Allah SWT sesuai dengan
firmanNya : Artinya : Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan kami pula
yang memeliharanya (Q.S. Al-Hijr : 9).
Pedaban
Islam yang pernah jaya selama 800 tahun di dunia, akhir-akhir ini mengalami
penurunan, bukanlah disebabkan oleh karena Al-Quran yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman atau bahkan ketinggalan zaman. Akan tetapi adalah
semata-mata disebabkan bahwa ummat Islam tidak mampu menerjemahkan dan atau
menafsirkan Al-Quran sesuai dengan perkembangan zaman modern.
Para
pakar dari semua lapisan mengakui bahwa Al-Quran adalah merupakan sumber energi
luar biasa yang apabila dapat dimanfaatkan oleh ummat Islam maka akan dapat
menghasilkan energi yang luar biasa yang dapat merubah perdaban ummat manusia
saat ini.
Al-Quran
yang selalu dibaca ummat Islam tidak pernah mengalami perubahan, tetapi
sebaliknya dunia mengalami perubahan akibat Al-Quran. Zaman Jahiliyah di
Jazirah Arab berubah menjadi dunia baru yang penuh dengan kemajuan,
membangkitkan peradaban baru sampai ke dunia Barat yaitu Spanyol dan ke dunia
Timur sampai India dan Asia Tenggara.
Oleh
karena itulah sangat tepat pernyataan yang menyatakan bahwa sesungguhnya
kemajuan yang dicapai oleh Dunia Barat saat ini tidak terlepas dari andil dunia
Islam yang bersumber dari Al-Quran, sebab para pemikir dunia Barat sebelumnya
banyak belajar dari dunia Islam dan bahkan mengangkut buku-buku yang ada di
dunia Islam untuk selanjutnya dipelajari di dunia Barat.
E.
Sikap baru terhadap Al-Qur’an
Yang
menjadi persoalan sekarang bagi kita adalah begitu besar andil yang telah
dimainkan oleh Al-Quran dalam membangun sebuah peradaban modern, namun ummat
Islam di seluruh dunia banyak yang meninggalkan atau bahkan lari dari Al-Quran.
Semua kita sepakat bahwa Al-Quran adalah merupakan pedoman utama yang harus
dipelajari, dihayati dan diamalkan.
Namun
dalam kenyataannya sekarang ini Al-Quran dijadikan ummat Islam sesuatu barang
antik yang harus disimpan di tempat yang aman agar tidak tersentuh dan dirusak
orang lain. Sebagian yang lainnya bahkan menjadikan Al-Quran sebagai azimat
yang apabila ditulis di atas kertas dan ditempelkan dalam tubuh manusia maka
akan dapat melindungi orang yang bersangkutan. Tidak jarang pula di antara kita
yang menjadikan Al-Quran sebagai barang hiasan yang dipajang di sudut-sudut
rumah. Dan satu hal lagi yang sangat merisaukan kita adalah Al-Quran hanya
dibacakan kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Kenyataan
tersebut di atas, seharusnya kita rubah secara radikal dengan menurunkan
Al-Quran dari tempat-tempat yang aman tadi, membuka kembali ayat-ayat Al-Quran
yang terbungkus sebagai azimat, menurunkan Al-Quran dari hiasan-hiasan dinding
untuk selanjutnya dibaca, dipelajari, dihayati dan diamalkan isi kandungannya
dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, serta membacakan Al-Quran itu kepada
orang-orang yang masih hidup dan berkeliaran di muka bumi, sehingga mereka-mereka
itu mempunyai pegangan yang mantap dalam mengarungi kehidupannya sebagai hamba
Allah dan Khalifah Allah di muka bumi.
Dengan
demikian maka kejayaan Islam yang bersumber dari Al-Quran yang kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan selanjutnya membentuk sebuah
peradaban modern yang religius dapat diraih kembali sebagaimana telah diraih
oleh para pendahulu kita sesuai dengan catatan sejarah yang tidak dapat dipungkiri
oleh siapapun juga.[3]
BAB III
KESIMPULAN
Disini
Al-Qur’an harus tidak hanya dibaca saja tetapi harus diamalkan. Dan kita juga
harus tahu tentang sejarah turunnya Al-Qur’an dan segala macam tentang
Al-Qur’an.
Al-Qur’an
dapat membentuk peradaban manusia jika manusia tersebut mau membaca dan mengamalkannya
secara benar dan tidak menyalah gunakan ayat-ayat Al-Qur’an ke hal yang
aneh-aneh seperti membuat jimat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Jelas itu sebuah
pemikiran yang salah.
kejayaan
Islam yang bersumber dari Al-Quran yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi dan selanjutnya membentuk sebuah peradaban modern yang religius
dapat diraih kembali sebagaimana telah diraih oleh para pendahulu kita sesuai
dengan catatan sejarah yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun juga.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press, 2010.
Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press, 2011.
Rosihon Anwar. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka
Setia, 2009.
Dikutip dari
google dari sumber Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking