Bladsye

Translate

2013/03/14

PERANAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK PERADABAN ISLAM


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Al-Qur’an
Menurut Manna Khalil Al-Qaththan, Al-Qur’an secara etimologis berasal dari kata “qara’a, yaqra-u, qira-atan, atau qur-anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (adh-dhommu) huruf serta kata-kata dari suatu bagian ke bagian lain secara teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.[1]

B.     Sejarah turunnya Al-Qur’an
Hari pertama turunnya al-Qur’an ini menurut Ishaq al Thabary dan Al Qasthalany terjadi pada tanggal 17 sesuai dengan bunyi Q.S al-anfal 41:
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami ( Muhammad ) di hari furqan, di hari bertemunya dua pasukan….”
Yang dimaksud bertemunya dua pasukan adalah pertempuran antara kaum muslimin dan kaum musyrikin di Badar pada tahun 11H. Perang ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 11H.
Sedangkan masa terakhir turunnya al-Qur’an menurut al Thabari adalah 9 Dzulhijjah tahun 10H (maret H) ketika nabi melaksanakan Haji Wada’. Pada wukuf di Arafah turunlah ayat: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku dan telah kuridlai islam itu jadi agama bagimu…”(Q.S Al-Maidah: 3)
Dengan demikian periode turunnya al-Qur’an ketika nabi masih berada di Mekkah adalah tanggal 17 Ramadhan 41 tahun setelah lahirnya nabi sampai dengan awal Rabi’ul Awal 54 tahun setelah kelahiran nabi yang berkisar antara 12 tahun 5 bulan dan 14 hari.
Ketika Nabi berada di Madinah maka periode masa turunnya al-Qur’an dapat disebutkan:
1.      Dengan berpedoman kepada pendapat bahwa ayat terakhir turun pada saat Haji Wada’. Maka masa turunnya al-Qur’an dari awal bulan Rabi’ul Awal 54 tahun dari kelahiran Nabi sampai sengan tanggal 9 Dzulhijjah 63 tahun setelah kelahiran Nabi atau 10H. Masa ini sekitar 9 tahun 9 bulan dan 9 hari. Dengan demikian maka masa turunnya al-Qur’an periode Mekkah dan Madinah adalah 12 tahun 5 bulan dan 14 hari + 9 tahun 9 bulan dan 9 hari = 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.
2.      Apabila perhitungan turunnya al-Qur’an didasarkan pada pendapat yang lain, maka masa turunnya al-Qur’an di Madinah selama 9 tahun 11 bulan dan 19 hari. Sehingga masa turunnya al-Qur’an keseluruhannya 12 tahun 5 bulan dan 2 hari.[2]

C.    Peranan Al-Qur’an dalam membangun peradaban
Setiap tahun ummat Islam di seluruh dunia baik di perkotaan maupun di pedesaan pada bulan Ramadhan melaksanakan peringatan Nuzulul Quran, memperingati atas turunya Al-Quran yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan (bulan Pebruari 601 M) tiga belas tahun sebelum tarich hijriyah dimulai. Hal ini dimaksudkan adalah untuk mendekatkan ummat islam terhadap sumber ajaran pokoknya yaitu Al-Quran.
Al-Quran adalah merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril dan merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT bagi yang membacanya, terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6666 ayat, 77.439 kata, 323.015 huruf, adalah merupakan petunjuk pertama dan utama bagi ummat Islam dalam hidup dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran yang artinya : Demikianalah Al-Quran yang tidak ada keraguan padanya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 2).
Al-Quran diturunkasn pertama kali pada bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar yaitu malam kemuliaan. Dan malam kemuliaan itulah sebenarnya yang kita peringati saat ini dimana nilainya lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan yang melebihi dari umur kebiasaan seorang anak manusia.
Pada malam Lailatul Qadar inilah Al-Quran pertama kali turun sekaligus sebagai pelantikan Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul. Ayat yang pertama kali turun tersebut adalah Surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5 yaitu : Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq : 1-5).
Ayat pertama ini mengandung perintah membaca untuk mencerdaskan diri dengan membaca. Membaca dengan mata, membaca dengan pikiran, membaca dengan hati. Perintah untuk mencerdaskan diri melalui iman, ilmu dan amal, harus dimulai dengan membaca. Membaca haruslah menjadi budaya bagi umat Islam, sebab perintah pertama yang dititahkan Allah swt kepada Muhammad saw adalah perintah membaca, baik membaca yang tersurat maupun yang tersirat. Baik membaca Kalam Allah (Ayat Qauliyah), maupun membaca alam sekitar (Ayat Qauniyah)
Iqra (Bacalah) ! Tetapi apa yang harus dibaca ? Ma Aqraa ? Tanya Nabi dalam suatu riwayat, Setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh Malaikat Jibril. Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau dan ummatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbika, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Suatu hal yang sangat menarik adalah di dalam ayat ini kata-kata Iqra atau perintah membaca terdapat pengulangan. Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali dengan mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan Bismi rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca adalah itu-itu juga.
Mengulang-ulang membaca Al-Quran akan menambah wawasan baru, mensucikan jiwa, menerangkan bathin dan bahkan menambah pemahaman baru sekalipun yang dibaca adalah itu-itu juga, membaca alam raya secara berulang-ulang akan mambuka tabir rahasia alam semesta, menambah perkembangan ilmu pengetahuan dan bahkan menambah kesejahteraan ummat manusia.
Al-Quran yang dibaca oleh Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya pada masanya dan Al-Quran yang dibaca oleh ummat Islam sesudahnya dan bahkan sampai dengan saat sekarang ini adalah Al-Quran yang itu-itu juga yang tidak mengalami perubahan walau satu huruf sekalipun, tetapi pemahaman dan penafsiran orang terhadap Al-Quran itu mengalami perkembangan yang luar biasa dari zaman Rasulullah SAW sampai dengan saat ini. Hal ini sama dengan membaca alam raya yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu kala dengan yang dilakukan oleh orang-orang zaman modern, yang dibaca tetaplah alam raya yang itu-itu juga, tetapi hasil dari pembacaan itu mengalami perkembangan yang sangat luar biasa sebagaimana yang kita saksikan pada zaman modern saat ini.

D.    Bacaan lahirkan peradaban
Sungguh perintah membaca adalah merupakan suatu warisan yang paling berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada ummat manusia, sebab perintah membaca dengan segala aneka ragamnya akan melahirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta peradaban suatu bangsa. Kita dapat mencatat bahwa suatu peradabaan yang pernah lahir dan bertahan lama di dunia ini adalah bersumber dari sebuah kitab (bacaan) yang dibaca oleh ummat manusia. Sebagai contoh adalah peradaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Hemer pada abad ke 9 Sebelum Masehi dan berakhir dengan hadirnya kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropah dimulai dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831). Peradaban Islam yang pernah berjaya di dunia selama 800 tahun di saat peradaban Barat sedang tidur nyenyak dengan apa yang disebut abad pertengahan atau abad kegelapan, dibangun dengan sebuah bacaan yaitu Al-Quran. Kita semua yakin dan percaya bahwa Al-Quran tidak akan berakhir atau hilang di dunia sebab Al-Quran adalah merupakan kitab suci yang dipelihara oleh Allah SWT sesuai dengan firmanNya : Artinya : Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan kami pula yang memeliharanya (Q.S. Al-Hijr : 9).
Pedaban Islam yang pernah jaya selama 800 tahun di dunia, akhir-akhir ini mengalami penurunan, bukanlah disebabkan oleh karena Al-Quran yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau bahkan ketinggalan zaman. Akan tetapi adalah semata-mata disebabkan bahwa ummat Islam tidak mampu menerjemahkan dan atau menafsirkan Al-Quran sesuai dengan perkembangan zaman modern.
Para pakar dari semua lapisan mengakui bahwa Al-Quran adalah merupakan sumber energi luar biasa yang apabila dapat dimanfaatkan oleh ummat Islam maka akan dapat menghasilkan energi yang luar biasa yang dapat merubah perdaban ummat manusia saat ini.
Al-Quran yang selalu dibaca ummat Islam tidak pernah mengalami perubahan, tetapi sebaliknya dunia mengalami perubahan akibat Al-Quran. Zaman Jahiliyah di Jazirah Arab berubah menjadi dunia baru yang penuh dengan kemajuan, membangkitkan peradaban baru sampai ke dunia Barat yaitu Spanyol dan ke dunia Timur sampai India dan Asia Tenggara.
Oleh karena itulah sangat tepat pernyataan yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemajuan yang dicapai oleh Dunia Barat saat ini tidak terlepas dari andil dunia Islam yang bersumber dari Al-Quran, sebab para pemikir dunia Barat sebelumnya banyak belajar dari dunia Islam dan bahkan mengangkut buku-buku yang ada di dunia Islam untuk selanjutnya dipelajari di dunia Barat.

E.     Sikap baru terhadap Al-Qur’an
Yang menjadi persoalan sekarang bagi kita adalah begitu besar andil yang telah dimainkan oleh Al-Quran dalam membangun sebuah peradaban modern, namun ummat Islam di seluruh dunia banyak yang meninggalkan atau bahkan lari dari Al-Quran. Semua kita sepakat bahwa Al-Quran adalah merupakan pedoman utama yang harus dipelajari, dihayati dan diamalkan.
Namun dalam kenyataannya sekarang ini Al-Quran dijadikan ummat Islam sesuatu barang antik yang harus disimpan di tempat yang aman agar tidak tersentuh dan dirusak orang lain. Sebagian yang lainnya bahkan menjadikan Al-Quran sebagai azimat yang apabila ditulis di atas kertas dan ditempelkan dalam tubuh manusia maka akan dapat melindungi orang yang bersangkutan. Tidak jarang pula di antara kita yang menjadikan Al-Quran sebagai barang hiasan yang dipajang di sudut-sudut rumah. Dan satu hal lagi yang sangat merisaukan kita adalah Al-Quran hanya dibacakan kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Kenyataan tersebut di atas, seharusnya kita rubah secara radikal dengan menurunkan Al-Quran dari tempat-tempat yang aman tadi, membuka kembali ayat-ayat Al-Quran yang terbungkus sebagai azimat, menurunkan Al-Quran dari hiasan-hiasan dinding untuk selanjutnya dibaca, dipelajari, dihayati dan diamalkan isi kandungannya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, serta membacakan Al-Quran itu kepada orang-orang yang masih hidup dan berkeliaran di muka bumi, sehingga mereka-mereka itu mempunyai pegangan yang mantap dalam mengarungi kehidupannya sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi.
Dengan demikian maka kejayaan Islam yang bersumber dari Al-Quran yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan selanjutnya membentuk sebuah peradaban modern yang religius dapat diraih kembali sebagaimana telah diraih oleh para pendahulu kita sesuai dengan catatan sejarah yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun juga.[3]













BAB III

KESIMPULAN

Disini Al-Qur’an harus tidak hanya dibaca saja tetapi harus diamalkan. Dan kita juga harus tahu tentang sejarah turunnya Al-Qur’an dan segala macam tentang Al-Qur’an.
Al-Qur’an dapat membentuk peradaban manusia jika manusia tersebut mau membaca dan mengamalkannya secara benar dan tidak menyalah gunakan ayat-ayat Al-Qur’an ke hal yang aneh-aneh seperti membuat jimat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Jelas itu sebuah pemikiran yang salah.
kejayaan Islam yang bersumber dari Al-Quran yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan selanjutnya membentuk sebuah peradaban modern yang religius dapat diraih kembali sebagaimana telah diraih oleh para pendahulu kita sesuai dengan catatan sejarah yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun juga.



















DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2010.

Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011.

Rosihon Anwar. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Dikutip dari google dari sumber Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.



[1] Rosihon Anwar,Pengantar Studi Islam, Pustaka Setia,, Bandung,2009
[2] Tim Studi Islam IAIN SUNAN AMPEL, Pengantar Studi Islam, Sunan Ampel Press, Surabaya, 2010
[3] Diakses lewat google dengan sumber Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking